Selasa, 19 Mei 2009

FENOMENA INDUSTRI DI BATAM PADA MASA KRISIS GLOBAL



Sekitar 75.000 dari 250.000 pekerja yang bekerja di sektor industri di Kota Batam terancam pemutusan hubungan kerja (PHK), akibat krisis ekonomi global yang menghantam sejumlah perusahaan di kota industri, Batam. Ketua Harian Himpunan Kawasan Industri (HKI) Batam, John Sulistiawan seperti dilansir media pada Rabu (17/12) lalu, menyatakan bahwa prosentase ancaman PHK, paling tidak 30-40 persen dari total pekerja. Jika pekerja di Batam 250.000, artinya ada 75.000 yang terancam.
Sebuah angka besar yang akan berefek luas. Batam yang tumbuh menjadi kota industri dengan banyaknya investor asing dan menyedot besarnya lapangan kerja, akan menghadapi masalah serius apabila hal tersebut terjadi. Seorang pengamat ekonomi di Kepri, Riginoto Wijaya, kepada Erabaru mengatakan bahwa krisis yang melanda Batam akan menghambat sektor industri yang mayoritas adalah ekspor.
”Batam khan kota industri, dan kebanyakan adalah ekspor. Banyak perusahaan di Batam ekspor melalui Singapura, baru ke Amerika Serikat. Singapura sudah menunjukkan penurunan-penurunan, industri elektronika misalnya sudah turun sekitar 17 %, dan ini pasti mempengaruhi Batam. Di Batam pun secara faktual apakah order masih kencang? Kan tidak. Kebanyakan merupakan order lama. OT (over time-red) sudah tidak ada, shif mulai dikurangi. Mungkin mereka juga sudah menerapkan strategi bagaimana merumahkan karyawannya,” jelasnya.
Saat ini sejumlah perusahaan industri bahkan telah merumahkan ribuan karyawannya hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Kebijakan merumahkan pekerja ini telah dilakukan oleh beberapa perusahaan manufacture di kawasan Batamindo Industrial Park (BIP), Mukakuning, Batam. Data yang dihimpun Erabaru, tercatat bahwa PT Schneider Electric misalnya, sejak pertengahan Desember 2008 telah merumahkan sedikitnya 700 karyawan, khususnya bagian operator lantaran sepinya order. Kebijakan serupa juga ditempuh oleh PT Shinetsu Batam yang berlokasi sama, sejak pertengahan November lalu, merumahkan ratusan pekerjanya. Sementara itu PT Epson Batam, meski hingga saat ini belum merumahkan karyawannya, namun dipastikan mulai awal tahun depan perusahaan tersebut bakal menggilir karyawannya untuk dirumahkan atau bahkan di PHK.
Peliknya lagi disaat PHK mengancam, pekerja dituntut meningkatkan kesejahteraan mereka. Buntutnya tuntutan kenaikan UMK semakin marak dilakukan. Seperti aksi unjuk rasa yang dilakukan ratusan buruh FSPMI (Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia) Kepri, pada Kamis (11/12) lalu. Massa pekerja gabungan dari 30an perusahaan di kawasan Tanjunguncang, Mukakuning dan Batam Centre tersebut, menuntut agar UMK tahun 2009 sama dengan KHL (Kebutuhan Hidup Layak) atau minimal mendekati besaran KHL tahun 2009. Disisi lain penentuan KHL antara pengusaha dan pekerja masih simpang siur.
Lalu bagaimana untuk bertahan di masa krisis? Menurut Riginoto mesti ada kerjasama antara pihak perusahaan, pekerja, dan pemerintah. Mestinya ada upaya-upaya perusahaan agar dapat bertahan dengan didukung sebesar-besarnya dari pemerintah.

”Beberapa hal yang harus dilakukan perusahaan adalah tetap menjaga customernya. Customer adalah aset masa depan dari perusahan tersebut. Menerima customer meski ordernya tidak banyak. Yang penting kalau bisa bertahan, dan masa krisis lewat, kita bisa berinovasi mencari produk-produk baru. Dan para pelanggan kita telah menjadi basis pelanggan yang kuat, tinggal kemudian menumbuhkannya. Di satu sisi pemerintah, diharapkan dapat turut bahu membahu bagaimana upaya agar penghasilan pekerja dapat mencukupi untuk hidup mereka,” pungkasnya.
Di tingkat nasional, Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah beberapa waktu lalu mengatakan akibat krisis ekonomi yang tengah melanda dunia dan Indonesia, diperkirakan pada semester I tahun 2009, akan terjadi PHK terhadap 3 juta buruh, terutama di sektor manufaktur dan perdagangan. Mengatasi hal tersebut, pemerintah telah menetapkan anggaran sebesar Rp 70 Triliun untuk mengentaskan kemiskinan dan menghadapi terjadinya PHK massal yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2009 mendatang. (Erabaru/rah) (31 Desember 2008)
Sumber :
Sumber Gambar:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar